English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Tipsone(Free Tips and Trick)

Paypal For Business

Free Premium Themes

Saturday, September 11, 2010

APA KABAR ACEH (2)

Selama 4 bulan di Aceh kami bertugas “mengajar” anak2 pengungsi sebagai bagian dari Mental Recovery Program…karena sebagain besar anak mengalami trauma. Metode belajar sambil bermainlah yang diterapkan..sehingga meskipun nama sekolah kami “Sekolah Ceria” namun prakteknya tidak seperti sekolah formal. Aku dan 2 orang temanku “bertugas” di Barak Punteut-Kota Lhokseumawe. Saat kami sampai barak belum selesai dibangun sehingga sementara para pengungsi tinggal di eks Lembaga Pemasyarakatan (LP) sambil menunggu selesainya pembangunan barak yang terletak di seberangnya.
Tahukah kau kawan apa tantangan terberat saat kita berada di daerah yang baru??? seperti yang kualami, diperlukan sedikitnya 2 minggu untuk beradaptasi dan “berdamai”. pertama komunikasi dengan anak-anak awalnya sulit karena tidak semua lancar berbahasa Indonesia akhirnya komunikasi ”gado2” kami berbahasa Indonesia mereka bahasa Aceh namun akhinya semua biasa teratasi…aku bersyukur…karena dari merekalah aku belajar bahasa Aceh…mereka siap jadi penterjemah saat ada orang yang bertanya dalam bahasa Aceh padaku. Langsung aja mereka akan berkata “Bek Bahasa Aceh hai…han jeut!! (maksudnya jangan bicara bahasa Aceh, gak ngerti). Hal kedua adalah Cuaca yang begitu panasnya…he2 sampai2 sepulang dari Aceh wajahku gosong banget!!. Hal ketiga adalah makanan, makanan Aceh seperti layaknya Sumatera dan Melayu pedas, berkuah dan bersantan. Tidak seperti beberapa bulan kemudian banyak pendatang yang mendirikan warung padang dan Warteg…waktu itu belum ada…jadilah selama sekitar 2 minggu itu perutku harus menyesuaikan dengan masakan Aceh…duh…duh…Kalau tidak ingat niat semula datang ke Aceh untuk apa mungkin udah kabur ke Jakarta. Alhamdulillah azzam masih kuat bertahan sampai akhir…toh itu semua berhasil kami lewati.
Ada satu moment yang tak akan pernah kulupakan…saat masih di Aceh sekitar bulan Maret 2005 terjadi Gempa Nias yang berkakuatan sekitar 8,7 skala Richter. Gempa terjadi sekitar pukul 11 malam..aku yang tinggal di Lantai dua sangat merasakan goncangan, bersama teman sekamarku kami bergegas turun…saat memegang pegangan pintu akan menuju tangga aku terayun-ayun kesana kemari karena kerasnya guncangan gempa. Aku buru2 menuruni tangga sambil beristighfar..sampai di bawah…aku baru ingat aku gak pake jilbab…akhirnya ditengah bumi yang masih bergoncang aku naik kembali ke kamarku untuk mengambil jilbab. Tak lama kemudian dari barak terdengar orang melantunkan Adzan..(Adzan di tengah malam???) itulah religiusnya masyarakat Aceh.
Aku juga bisa merasakan bagaimana rasanya tinggal di Barak jika suplai air terlambat ya harus siap tidak mandi karena air lebih diperlukan untuk keperluan rumah tangga seperti minum dan memasak. Jumlah barak yang terbatas membuat beberapa kepala keluarga pengungsi menempati 1 kamar barak bersamaan. Di tengah berbagai keterbatasan tersebut Satu hal yang kukagumi dari masyarakat Aceh..meskipun mereka dalam kesusahan tapi mereka amat memuliakan tamu…itu kami alami ketiga tugas kami berakhir…anak-anak yang kami ajar memberi kami “kado” kata mereka. Kado2 tersebut sebenarnya berasal dari bantuan2 yang mereka terima seperti handuk, peralatan mandi dan lain-lain. Saat berangkat dari Jakarta aku berfikir bahwa saat pulang dari Aceh nanti…tas-ku akan ringan karena barang bawaan kami habis digunakan…tapi ternyata kami salah…karena bawaan kami bertambah banyak…macam barang bawaan TKI tulah. Di Aceh pula aku punya keluarga angkat, Ayahku adalah Pak Geuchik (kepala kampung) aku punya ibu, abang, kakak, dan adek.



Hari itupun akhirnya datang…(bulan Juni saat kepulangan kami ke Jakarta)…setelah empat bulan lamanya kami di Aceh dengan segala kenangannya…yang tak akan kulupakan As long As my life. Dari Lhokseumawe kami menuju Banda Aceh Dahulu seperti saat kedatangan kami untuk selanjutnya akan “terbang” ke Jakarta. Masih kuingat beberapa muridku berjejer mengantar kami naik “labi-labi” (angkot di Aceh)..sebagian ada yang “ngambek” sambil berkata pokoknya ibu gak boleh pulang ke Jakarta…..Hmmmm berat rasanya ninggalin Aceh….tapi hidup harus berlanjut….tugas lain telah menanti.

Kini 5 tahun sudah setelah Tsunami itu. apa kabar Aceh sekarang???? pengen banget napak tilas lagi kesono….semoga ada umur dan rizki...Aku masih ingat sms yang dikirim teman saat bus yang kami naiki perlahan-lahan meninggalkan terminal Lhokseumawe menuju Banda Aceh…..”seutiap watee meupreh syeudara mandum”…..Buat seluruh masyarakat Aceh Teurimeung Geunaseh beuh!

Dedicated to : “My family” in Aceh (Bapak, ibu, kakak, abang, adek), dan sahabat-sahabatku tersayang..Peu haba??? Teurimeung Geunaseh beuh!! Pajan Geutanyoe jeut meurumpok loem????? loen rindu that:-(

Peu haba = Apa kabar?;
Teurimeung Geunaseh = Terimakasih;
Pajan Geutanyoe jeut meurumpok loem = kapan kita bertemu lagi;
Loen rindu that = gue kangen banget;

Sumber:http://ritarosieana.blogspot.com/
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "APA KABAR ACEH (2)"

Post a Comment