English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Tipsone(Free Tips and Trick)

Paypal For Business

Free Premium Themes

Sunday, September 12, 2010

Mengais Rezeki di Tumpukan Sampah

Bagi masyarakat kebanyakan, sampah adalah barang buangan. Selain menjadi sumber penyakit dan polusi lingkungan, sampah juga dianggap menjijikkan. Tetapi tidak demikian dengan para pemulung. Mereka justru menganggap benda sisa rumah tangga itu merupakan berkah tersendiri.

Paling tidak, itulah yang dirasakan para pemulung di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kanda Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Makin banyak jenis sampah yang dibuang, mereka semakin senang lantaran penghasilannya kian meningkat.

Mereka selalu setia menanti datangnya puluhan truk bermuatan sampah dari kota. Menjelang lebaran, aktivitas mereka semakin menggila. Contohnya Munarwan (34). Pria berprofesi sebagai pemulung ini mengaku, selama bulan Ramadan, aktivitas para pemulung memang semakin meningkat.

Menurutnya, sudah tak layak lagi masyarakat seperti dirinya bermalas-malasan. Sebab, ujar pria asal Puntut, Kecamatan Blang Mangat ini, satu istri dan dua anak yang sekarang sudah sama-sama duduk di bangku sekolah dasar (SD) mesti dibiayai.

"Bulan Ramadan seperti ini bagaimana mau bermalas-malasan. Apalagi istri dan anak-anak saya tidak ada yang memberi tunjangan hari raya (THR) pada lebaran nanti. Jadi saya mesti kerja keras," ujar Munarwan kepada Global, kemarin.

Diakuinya, hasil yang diperoleh selama bulan Ramadan lebih banyak dibanding bulan biasanya. Pada bulan yang penuh berkah ini, masyarakat lebih banyak belanja makanan yang dibungkus dengan kemasan non organik. Demikian juga dengan sejumlah peralatan rumah tangga yang terpaksa diganti pemiliknya karena menjelang lebaran.

Munarwan mengungkapkan, pada bulan-bulan biasa, setiap harinya mendapat hasil tak lebih dari dua kubik sampah non organik dengan harga Rp 1500 per Kg. Namun pada bulan Ramadan, hasilnya meningkat menjadi 3,5 kubik. "Ramadhan merupakan berkah bagi kami," cetusnya.

Hal senada juga diungkapkan pemulung lainnya, Saladfin (24). Meski usianya masih muda, namun Saladfin sama sekali tidak sungkan menggeluti profesi sebagai pemulung sampah. Setiap hari, dia mampu memperoleh penghasilan dari hasil menjual sampah sekitar Rp20 ribu - Rp35 ribu.

Pada bulan Ramadan ini, Saladfin mengaku harus semakin giat bekerja mengais ratusan ton sampah, demi memperoleh penghasilan."Sengaja saya kumpulkan penghasilan di bulan Ramadan ini untuk pulang kampung," aku lajang asal Kota Beurunun ini.

Apalagi Saladfin dan sejumlah pemulung lainnya sama sekali tidak berfikir untuk memperoleh THR. Sebab, selain tidak tahu siapa pengelola resmi, para jurangan mereka yang biasa membeli hasil 'tangkapan' sampah pun rasanya tidak mungkin memberikan THR.

Hal demikian diakui Musaryamah (43 tahun), salah seorang pemborong sampah milik pemulung.

Sumber:"Harian-Global"
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "Mengais Rezeki di Tumpukan Sampah"

Post a Comment